Di Indonesia, pada prakteknya klasifikasi jenis pondasi ditentukan berdasarkan tabel berikut :
Untuk mudahnya klasifikasi klas pondasi ditentukan berdasarkan hasil sondir, dimana qall (allowable bearing capacity) ditentukan berdasarkan nilai konus sondir, qc dan letak permukaan air tanah (ground water table). Nilai qall adalah daya dukung yang kita peroleh dari perhitungan daya dukung dari hasil CPT (lihat pembahasanya dalam blog ini).
Dalam tabel diatas bahwa klas pondasi juga menentukan tipe pondasi yang akan kita desain, untuk pondasi dangkal (shallw foundation) adalah klas 1,2,3,3w atau klas 7, 4 dan klas 5, sedangkan untuk pondasi dalam (deep foundation) adalah klas 6.
Metode dalam penentuan klas pondasi menurut cara sebagai berikut:
1.Tentukan lokasi tapak tower yang ingin kita desain pondasinya, misalnya untuk lokasi tapak tower no 64, kita namakan T64. Dari sondir kita ambil perhitungan hasil sondir dan grafik untuk lokasi T64.
2. Tetapkan kedalaman rencana (design depth) pondasi dangkal, misalnya dasar pondasi (foundation base) 3.6 m dari permukaan tanah lokasi tapak tower.
3. Tentukan daya dukung izin lapisan tanah pada kedalam tersebut, bila dari hasil perhitungan daya dukung izin qall diperoleh tentukan dari tabel diatas, nilai tersebut masuk atau berada dalam rentang klas pondasi mana. Misalnya daya dukung pada kedalaman 3,6 m memiliki qall atau s (pada tabel diatas) = 1.8 kg/cm², maka yang cocok adalah klas pondasi 2, dimana berada dalam range 2.5 > qall > 1.2 kg/cm² ataupun klas 3w atau 7 dimana range 5>qall >o.7 . Sementara kita tetapkan dulu bahwa klas pondasi T64 tersebut adalh klas 2.
4. Dari data sondir, kita mengetahui bahwa lokasi T64 terdapat muka air tanah pada kedalaman kurang dari 3,6 m, misalnya pada kedalam 2.5 m sudah terdapat muka air tanah. Maka dari tabel diatas, klas pondasi yang memiliki ground water adalah klas 3w (3 wet) atau klas 7, maka pondasi dikelompokkan menjadi klas 3w atau 7. Perlu diperhatikan bila kondisi air tanah pada lokasi T64 adalah hasil investigasi sondir pada musim hujan, mungkin saja pada musim kering/kemarau letak muka air tanah pada kedalaman lebih dari 3,6 m, maka klas pondasi bisa saja ditetapkan sebagai klas 2 dengan catatan bahwa letak muka air tanah 2.5 m tersebut adalah sementara saja. Pada kondisi tertentu bila lokasi T64 berada dalam daerah banjir , dimana berkemungkinan lokasi T64 pernah mengalami banjir dalam durasi yang lama lebih dari 1 bulan, yaitu berdasarkan data banjir 5 tahunan, kita dapat kembali merubah dan menetapkan bahwa T64 adalah pondasi klas 3w/7. Pertimbangan engineerd dalam hal ini diperlukan dan tentu saja mendapat persetujuan tertulis (approval) dari klien.
5. Setelah berbagai pertimbangan, kita harus menetapkan klas pondasi nya, misalnya klas 2, maka T64 dalam Foundation Schedule ditulis klas 2, dan kita akan merencanakan pondasi dengan tipe Pad & Chimney.
6. Pengecualian lainnya bila nilai qall pada kedalaman 3.6m tersebut lebih dari 5, maka klas pondasi menjadi klas 4, dianggap berada pada lapisan batuan, penggalian perlu dilakukan untuk memastikan hal ini, barngkali saja bahwa lapisan batuan tidak ditemukan, melainkan hanya berisi bongkahan batuan yang cukup besar, maka uji sondir kembali harus dilakukan. Seterusnya bila nilai qall pada kedalaman 3,6 m menunjukkan angka lebih kecil dari 0.5 kg/cm², maka lokasi tersebut dianggap sebagai klas 6, dengan tipe pondasi yang direncanakan sebagai pondasi pancang.
7. Bila pada kedalaman rencana 3,6 m , tidak terdapat muka air tanah diatasnya, dan memiliki nilai qall untuk range klas 5, maka pondasi dapat desain dengan tipe raft (mat) ataupun dengan tipe enlarged pad & chimney. Atau kedalamn rencana kita ganti dengan 2,5 m , dan nilai qall masih pada range klas 5, maka pondasi yang kita rencanakan tipenya adalah raft(mat) saja.
Dalam tabel diatas bila kita melakukan soil investigation yang lebih detail, mungkin saja kita menemukan parameter-parameter tanah yang mengindikasikan diluar dari klas pondasi diatas, ataupun kondisi lokasi yang tidak umum (special case), dan demi keamanan dalam desain dapat kita usulkan tipe pondasi jenis lainnya, tergantung dari approval klien. Misalnya pada tipe pad & chimney ataupun pile foundation kita menggunakan tie beam, maka kita harus mendesain tie beam (balok yang menyampung ke-empat kaki tower pada pad ataupun pada chimney-nya terbuat dari konstruksi beton bertulang). Model pondasi lainnya yang pernah digunakan di Indonesia adalah jenis pondasi laba-laba, pondasi pancang kayu, dll.
Pada kasus-kasus tanah tertentu dapat saja lokasi tapak tower memilik berbagai tipe pondasi, misalnya pada kaki (leg) A adalah klas 2, leg B klas 3, leg C dan leg D klas 6.
Tipe pondasi Pad & Chimney adalah sebagai berikut :
model lainnya adalah seperti :
dengan dasar pad berbentuk bujursangkar (yang umum) ataupun berbentuk lingkaran. Untuk tipe enlarged pad & chimney adalah tipe pad & chimney , dengan pad-nya diperlebar. Tipe pondasi jenis ini adalah untyuk klas 1,2,3,3w atau 7,dan 5. Posisi ujujng chimney bawah umumnya ditengah pad, atau pada lokasi lainnya untuk situasi-situasi khusus.
Untuk pondasi klas 4, umunya pada lapisan batuan baik soft rock atau hard rock berbentuk pondasi block , dengan bentuk miring sesuai posisi stub dan berpenampang bujursangkar, ataupun model sumuran (drilled shaft) dengan posisi tabung yang tegak lurus berpenampang lingkaran dengan straight shaft (tabung lurus) atapun diberi tambahan model kerucut/rok (bell) pada ujung bawah (enlarged shaft), lihat gambar.
Untuk desain klas 5 dalam bentuk raft/mat foundation yang mengikat seluruh kaki (leg), penampang berbentuk bujur sangkar , lihat gambar dibawah ini.
Dan klas 6 adalah tipe pancang (pile) dengan sejumlah tiang (baik berupa bored pile atau driven pile) dikelompokkan dalam sebuah pile cap, ataupun beberapa pile cap yang diikat dengan tie beam.
terimakasih pak, ilmunya bermanfaat
ReplyDelete